Fitria
Romadhona
D3
Administrasi Bisnis - Politeknik Negeri Bandung
Abstrack
Dari permasalahan sistem pendidikan Indonesia
yang cenderung menekankan aspek kognitif berupa prestasi belajar, dibanding
aspek lainnya. Di sisi lain dunia kerja dan berwirausaha mempersyaratkan
lulusan yang diterima adalah yang memiliki kemampuan teknis (hard skill)
dan soft skill yang baik. Tujuan dari artikel ilmiah ini untuk mengetahui
penerapan pembelajaran learning community
untuk meningkatkan kemampuan soft skill dalam jiwa kewirausahaan. Untuk menanamkan soft skill membutuhkan teladan. Sebagai domain dari kecerdasan emosional, soft
skill memiliki peran penting dalam semangat kewirausahaan, dengan keterampilan
dan kerja sama akan membuahkan semangat kewirausahaan yang akan mengubah
tantangan menjadi peluang.
Kata-kata
Kunci : learning
community, soft skill, kewirausahaan
Pendahuluan
Perkembangan informasi pada saat ini membawa
perubahan, adanya teknologi yang canngih memudahkan laju informasi yang begitu
cepat membawa perubahan pada arah positif maupun negatif, banyak sekali
masyarakat Indonesia yang tergolong sebagai pengguna informasi dan menyadari
akan kegunaan dan manfaat informasi tersebut, namun bayak pula yang sering
disalah gunakan Sehingga masyarakat Indonesia perlu mempunyai kematangan dalam
memilih, mengolah, memaknai dan memanfaatkan informasi. Dan perlu adanya
pendidikan yang menunjang agar manusia dapat memanfaatkan informasi dengan
baik. Pendidikan salah satu kebutuhan asasi setiap manusia yang mempunyai
kewajiban yang harus di ikuti agar dapat memiliki pemahaman dan kemampuan untuk
menjalankan fungsi-fungsi kehidupan.
Pendidikan saat ini ternyata masih terpaku
terhadap kemampuan hard skill, ketidakmampuan para pengajar memberikan
pendidikan soft skill mengakibatkan lulusan yang hanya pandai pada menghafal
pelajaran dan sedikit mempunyai keterampilan ketika sudah berada di lapangan kerja.
Mereka akan menjadi robot karena penguasaan keterampilan mereka tetapi mereka
lemah dalam memimpin, sehingga mereka merasa sudah menjadi sukses bila hanya
memiliki keterampilan, padahal membuat jejaring, dan komunikasi dengan yang
lainnya juga merupakan bagian yang tidaak dapat terpisahkan dalam suatu
pengembangan diri.
Di sisi lain tuntutan dalam dunia
kerja terhadap lulusan perguruan tinggi sekarang ini semakin berat. Bila saat
sebelumnya dalam tuntutan kehidupan di dunia kerja hanya menitikberatkan pada knowledge skill, tetapi dunia kerja pada
saat ini memperhatikan semuanya, karena ada banyak data empirik dari
penelitian-penelitian yang menunjukan bahwa sebenarnya keberhasilan karyawan
tidka hanya ditentukan oleh knowledge
skills.
Oleh karena itu, diperlukan model
pembelajaran yang memungkinkan keefektifan untuk meningkatkan soft skill dalam jiwa kewirausahaan,
sehingga hasil pembelajaran tersebut mempunyai relevansi yang tinggi terhadap
jiwa kewirausahaan dan kebutuhan lapangan kerja. Model pembelajaran yang
sekiranya mampu memenuhi harapan tersebut adalah leaning community.
Learning communities adalah suatu cara
belajar yang melibatkan setiap siswa untuk melakukan upaya kegiatan kolektif,
kebersamaan dalam membangun pemahaman. Dalam learning community, hasil belajar
dapat diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari
sharing antarteman, antar kelompok, antar yang tahu dengan yang belum tahu.
kerjasama dalam pembelajaran learning community ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara, dapat dilakukan dalam kelompok belajar secara formal
maupun informal atau pula bekerjasama dengan situasi lingkungan yang ilmiah.
Learning community ini akan terjadi
apabila terdapat komunikasi yang baik, komunikasi untuk saling berbagi ide
gagasan dan pengalaman, adanya komunikasi untuk memecahkan suatu permasalahan,
maka akan terciptanya asumsi bahwa ternyata bekerja bersama-sama dalam kelompok
lebih baik, karena adanya rasa tanggung jawab satu sama lainnya.
Bisa menjadi seseorang yang diinginkan
dan bisa hidup berdampingan bersama sesorang yang diinginkan, yang dapat
diandalkan, yang dapat dipercaya, baik ditempat kerja, dalam berwirausaha,
maupun di masyarakat mereka harus mampu mengembangkan sikap sikap seperti
toleransi terhadap yang berbeda, simpati terhadap sesame, dapat empati, dapat
mengendalikan emosi, memenuhi unsur unsur etika dalam bekerja dan unsur – unsur
psikologis lainnya. Inilah yang disebut dengan soft skill.
Secara keseluruhan sebenarnya soft skill ini dimiliki oleh setiap
manusia dengan kadar dan karakteristik yang berbeda-beda, soft skill tersebut dipengaruhi oleh berbagai kebiasaan, seperti
kebiasaan berpikir, berkata, bertindak, maupun bersikap. Namun semua itu dapat
berubah jika manusia yang melakukannya mau dan mampu merubahnya dengan bereja
keras dan berlatih membiasakan diri dengan hal-hal yang baru yang ada
disekitarnya.
Soft skill
dalam keterampilan berwirausaha sangan diperlukan, karena didalamnya mengandung
keterampilan untuk berkomunikasi, keterampilan dalam berpikir dan menyelesaikan
masalah, kekuatan kerja tim, dan etika saat berwirausaha. Melalui penerapan
pembelajaran learning community pada kemampuan berwirausaha dpat meningkat, soft skill juga akan dapat meningkat.
Pembelajaran learning community juga
mampu meningkatkan keaktifan dalam berwirausaha, keaktifan dalam berinteraksi
saat berwirausaha, sehingga harapan saat berwirausaha dapat tercapai dengan
baik.
Learning community dalam jiwa
kewirausahaan
Pendidikan
kewirausahaan (entrepreneurship) di
Indonesia masih sangat kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik
oleh dunia pendidikan, masyarakat, maupun pemerintah.
Kewirausahaan
pertama kali muncul pada abad ke 18 dan diawali dengan penemuan- penemuan baru
seperti mesin tik, mesin uap, mesin pemintal, dan masih banyak lagi penemuan
penemuan baru hingga sekarang. Tujuan mereka semua tidak lain adalah untuk menumbuhkan
dan perluasan sebuat organisasi melalui inovasi dan kreativitas yang mereka
miliki.
Seseorang yang memiliki jiwa yang
berani mengambil resiko untuk membuat dan membuka usaha dalam berbagai
kesempatan, memiliki jiwa kepemimpinan, berani tampil beda, memiliki inisiatif
dan penuh percaya diri merupakan cirri jiwa kewirausahaan.
Jiwa
wirausaha itu sendiri adalah jiwa kemandirian untuk mencari sebuah sumber
penghasilan dengan membuka usaha ataupun menyalurkan kreatifitas yang dimiliki
seseorang untuk kemudian dijadikan sebuah lahan untuk mencari penghasilan.
Jiwa kewirausahaan ditanamkan sejak
seseorang tersebut mulai sadar bahwa uang itu penting dan seseorang tersebut
harus memiliki keterampilan, jiwa wirausaha itu pun dapat berkembang jika kita
berkerja keras dan sadar betapa bernilainya uang untuk dihasilkan.
Pada dasarnya setiap orang memiliki
peluang yang sama besar untuk bisa menjadi seorang pelaku usaha. Namun,
sayangnya tidak semua orang berani mengasah bakat dan minat mereka, sehingga
wajar saja bila sebagian orang ada yang telah menjadi seorang pengusaha yang
sukses dan sebagian lainnya masih ada juga yang belum berani untuk melakukan action dalam menjalankan usahanya. Itu
semua dikarenakan pengusaha tersebut memiliki ketakutan untuk mencoba, sehingga
mereka memilih mengurungkan niatnya menjadi seorang pengusaha yang sukses.
Dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan
dibutuhkan beberapa pembelajaran, salah satunya ialah pembelajaran learning community. Learning community
merupakan suatu kamunitas belajar baik itu disekolah maupun di lingkungan
lainnya. Didalamnya berlangsung beberapa interangsi antara yang satu dengan
yang lainnya, saling berbagi gagasan dan informasi yang mereka punya.
Dan pembelajaran ini dapat terjadi
apabila ada pihak yang dominan dalam bekomunikasi, tidak ada pihak yang segan
dalam bertanya, dan tidak ada pihak yang paling tahu, semua pihak harus merasa
bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, ataupun keterampilan
yang bebeda yang perlu dipelajari.
Pembelajaran learning community mampu meningkatkan keaktifan dalam berwirausaha,
mereka yang mempelajari learning community akan mudah beradaptasi dan
berkomunikasi dalam berwirausaha, mereka dapat bekerjasama dan berinteraksi
dalam dunia bisnis. Mereka juga dapat belajar pada pengusaha-pengusaha yang
telahn sukses.
Pembelajaran ini kiranya sesuai untuk
menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Dalam menyelesaikan masalah kita tidak dapat
memecahkanya sendiri, apalagi dalam hal berwirausaha, kita pasti akan membutuhkan
orang lain.
Pada saat pembelajarran learning community, kita dapat melakukan
kegiatan negosiasi, diskusi, koreksi, komunikasi dengan pengusaha-pengusaha
yang telah sukses, konsultasi seputar wirausaha dengan pengusaha yang telah
sukses, dan beberapa motivasi guna meningkatkan semangat berwirausaha kita.
Dengan
demikian kita pun harus aktif menggali informasi dalam bediskusi pada saat
pembelajaran tersebut dilaksanakan. Dan para pengusaha pun akan membeikan
informadi bagaimana mereka dapa sukses hingga dapat seperti sekarang ini.
Akhirnya akan menumbuhkan semangat antusisas dalam berwirausaha.
Akhirnya
jika kita mau bekerja keras, mau bekerjasama dengan orang lain, yakin akan
suksesnya usaha yang kita miliki, serius dalam mengambil keputusan, mau
menambah ilmu pengetahuan dari siapapun dan dimanapun, mempunyai ambisi untuk
maju dan sukses, dan pandai berkomunikasi, kita akan menuju puncak karir
berwirausaha.
Soft skill berwirausaha
Pendidikan
sebagai system pasti selalu melibatkan adanya interaksi baik itu interaksi
verbal maupun interaksi non vebal. Sebuah lingkungan atau system, secara teknis
berarti seperangkat komponen yang saling berhubungan dan saling keterkaitan,
juga bekeja bersama-sama untuk mencapai tujuan.
Terkait dengan tuntutan dunia
pendidikan tersebut, ada dua komponen yang termasuk didalamnya yaitu komponen
berupa hard skill dan soft skill. Hard skill adalah suatu
kemampuan yang dapat didapatkan selama kita di perkuliahan yang menghasilkan
sesuatu yang dapat kita lihat dan dapat kita nilai dengan cepat dan segera
melalui test dan evaluasi. Dan hard skill
adalah skill yang dapat menghasilkan sesuatu yang bersifat visible dan immediate.
Soft skill adalah
istilah dalam sosiologi yang terkait dengan kecerdasan omosional manusia yang
merupakan suatu jajaran dari kepribadian yang baik, disukai masyarakat, ramah,
semangat, optimism terhadap orang lain, dan masih banyak lagi. Gabungan antara soft skill dan hard skill merupakan syarat yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan
di dunia kerja.
Soft skill merujuk kepada indicator
seperti kreativitas, sensitifitas, intuisi yang lebih terarah pada kualitas
personal yang berada di balik perilaku seseorang. Moral dan perilaku seseorang yang
baik akan membentuk suatu kepribadian yang baik sebagai soft skill. Soft skill
atau sering juga disebut people skill dibagi menjadi dua bagian, yaitu intrapersonal skill dan interpersonal skill.
Intrapersonal skill adalah keterampilan seseorang dalam
“mengatur” diri sendiri. Oleh karena itu, sebelum berhubungan dengan orang lain
seseorang harus dapat memperbaiki diri terlebih dahulu. Interpersonal skill adalah keterampilan seseoang yang diperlukan
dalam berhubungan dengan orang lain.
Interpersonal skill
mencakup beberapa kemampuan, kemampuan
seseorang dalam menghangatkan hubungan, membuat pendekatan yang mudah,
membangun hubungan secara konstruktif, menggunakan diplomasi dan teknik untuk
mencairkan situasi yang sedang tegang, menggunakan gaya yang dapat menghentikan
permusuhan.
Jika
mahasiswa mempunyai kecerdasan emosinal yang tinggi, maka mahasiswa tersebut
mempunyai kemampuan kualitas personal dan interpersonal yang tinggi pula.
Kualitas personal dan interpersonal pada hakekatnya adalah karakter.
Soft skill dalam keterampilan berwirausaha sangan
diperlukan, karena didalamnya mengandung keterampilan untuk berkomunikasi,
keterampilan dalam berpikir dan menyelesaikan masalah, kekuatan kerja tim, dan
etika saat berwirausaha.
Orang – orang yang memiliki soft skill
dapat dikatakan bahwa mereka adalah seseorang yang mempunyai kecerdasan emosi.
Wirausahawan sangat perlu mengembangkan kecedasan emosi sehingga ia akan mampu
melihat peluang usaha disekitarnya. Orang yang mempunyai kecerdasan emosional
tenteu memiliki intuisi yang tajam, dapat menangkap sesuatu yang tidak dapat di
lihat oleh orang lain.
Soft skill
sebagai wilayah kecedasan emosi sangat berperan dalam jiwa kewirausahaan. Jiwa
kewirausahaan adalah bukan urusan kecerdasan akademis, bukan keterampilan
menyelesaikan pekerjaan secara sempurna, namun kewirausahaan adalah jiwa
dinamis yang menangkap tantangan menjadi peluang.
Ciri pelaku seorang wirausaha tidak
diragukan lagi adalah merupakan soft skill yang sangat penting di miliki dan
harus menjadi jiwa atau ruh dalam kesehariannya. Lalu ketika soft skill sudah
dimiliki sebagai kemampuan internalnya maka seorang wirausahawan segera
menjalin hubungan kerja sama melalui learning
community dengan pemangku kepentingan dan melakukan komunikasi secara
efektif dan memegang prinsip menang/menang.
Akhirnya
jika kita mempunyai soft skill yang
baik dan ditunjang dengan pembelajaran learning
community, maka akan menentukan kesuksesan kita ketika menjadi seorang
wirausaha.
Kesimpulan
Strategi pengembangan soft skill sebagai
langkah kecil, penting, dan mendesak untuk suatu perubahan. Dengan melihat
realita secara jujur dan objektif, maka orang sadar bahwa menumbuhkan mental
wirausaha merupakan terobosan yang penting dan tidak dapat ditunda-tunda lagi.
Kita semua harus berpikir untuk melihat dan melangkah ke arah sana.
Soft skill
dalam keterampilan berwirausaha sangan diperlukan, karena didalamnya mengandung
keterampilan untuk berkomunikasi, keterampilan dalam berpikir dan menyelesaikan
masalah, kekuatan kerja tim, dan etika saat berwirausaha. Melalui penerapan
pembelajaran learning community pada kemampuan berwirausaha dpat meningkat, soft skill juga akan dapat meningkat.
Pembelajaran learning community juga
mampu meningkatkan keaktifan dalam berwirausaha, keaktifan dalam berinteraksi
saat berwirausaha, sehingga harapan saat berwirausaha dapat tercapai dengan
baik.